Asal Ulas – Fatherland (Robert Harris)


Beberapa tahun yang lalu, ketika mampir di sebuah toko yang khusus menjajakan buku-buku berbahasa Inggris, saya menemukan Fatherland. Berbalut sampul merah tegas dengan logo Gestapo minus swastikanya –setidaknya itu pengetahuan saya, entah benar atau tidak–, buku ini menarik perhatian saya.

Dua atau tiga tahun berselang, akhirnya saya bisa membacanya dan menyelesaikannya dengan runut. Sepekan lebih saya mengikuti tindak tanduk Xavier March, seorang detektif di unit kriminal kepolisian Jerman berpangkat mayor di dunia di mana Adolf Hitler berhasil memenangkan perang.

Robert Harris sungguh luar biasa mengeja dan mereka bagaimana dunia dan Eropa khususnya bisa berada di bawah kekuasaan Jerman dengan caranya sendiri. Mengerikan namun mengagumkan. Bagaimana Bahasa Jerman lantas dijadikan bahasa kedua di seluruh daratan Eropa, namun di saat bersamaan tak meninggalkan selipan kenyataan, termasuk pembantaian Yahudi oleh Nazi.

March lantas bersentuhan dengan selubung itu, rahasia yang ditutup rapat-rapat oleh Jerman yang tengah berada dalam perang dingin dengan Amerika Serikat (ya! Luar biasa bukan?) lewat sebuah penemuan mayat di Danau Havel, yang disusul serangkaian kematian tidak wajar yang membuatnya bersentuhan dengan kenyataan hitam itu.
March sendiri memang seorang yang memiliki kesadaran kemanuasiaan yang sedikit berbeda dibandingkan warga Jerman pada umunya ataupun anggota Partai Nazi khususnya, dalam hal Yahudi.

Adalah Charlie Magguire, seorang jurnalis blasteran Amerika-Jerman yang membuatnya kian dekat dengan penyingkapan selubung itu.

Pada akhirnya, March entah sukses entah tidak. Sebab Max Jaeger, orang yang ia anggap rekan kerja terdekatnya, ternyata pengkhianat. Dan bukan tidak mungkin ia sengaja meninggalkan kartu identitas Magda Voss demi diambil March dan dipakai sebagai identitas palsu Charlie dalam upaya melarikan diri dari Jerman dan membuka aib negara adidaya itu.

Saya pribadi cenderung membayangkan demikian. Sebab pada akhirnya, mengutip Jaeger, orang-orang seperti dia membuat March terlihat heroik, padahal “pahlawan” sebenarnya di tanah Jerman di mana Hitler menang perang dan masih berkuasa adalah Jaeger, yang memainkan perannya dengan elok demi “kepentingan dan kebaikan masyarakat banyak”.

Leave a comment